Dalam perikop ini, Raja Daud memberikan instruksi khusus kepada hamba-hambanya untuk membawa Salomo, putranya, dan menunggang keledai milik Daud menuju Gihon. Tindakan ini sarat dengan makna simbolis. Dalam konteks budaya Israel kuno, keledai raja bukan hanya alat transportasi, tetapi juga simbol otoritas dan legitimasi kerajaan. Dengan menempatkan Salomo di atas keledai tersebut, Daud secara publik menyatakan Salomo sebagai penerus pilihannya, memastikan bahwa rakyat mengakui hak Salomo atas tahta. Hal ini sangat penting untuk mencegah potensi perebutan kekuasaan atau klaim atas tahta oleh orang lain, seperti Adonijah, yang telah berusaha untuk menyatakan dirinya sebagai raja.
Lokasi Gihon juga memiliki makna penting. Tempat ini terkait dengan pengurapan dan kehadiran Tuhan, semakin menekankan persetujuan ilahi atas kepemimpinan Salomo. Momen ini menegaskan pentingnya transisi kekuasaan yang teratur dan dipandu oleh ilahi. Ini mencerminkan keyakinan bahwa kepemimpinan bukan hanya urusan keputusan manusia, tetapi juga berada di bawah penyelenggaraan Tuhan. Tindakan Daud menunjukkan kebijaksanaan dan pandangan jauh ke depan, memastikan transisi yang mulus dan stabilitas kerajaan.