Mika, seorang nabi yang dikenal karena berbicara kebenaran, dipanggil oleh Raja Ahab untuk memberikan nasihat mengenai kampanye militer melawan Ramot-Gilead. Ketika ditanya apakah mereka harus melanjutkan, Mika awalnya menjawab dengan, "Pergilah, sebab Tuhan akan menyerahkan itu ke dalam tangan raja," sebuah pernyataan yang tampaknya sejalan dengan keinginan raja. Namun, jawaban ini disampaikan dengan nada ironis, karena Mika dikenal karena komitmennya pada kebenaran daripada pujian. Momen ini menyoroti ketegangan antara keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan kebutuhan akan petunjuk ilahi yang jujur.
Jawaban Mika mengingatkan kita akan pentingnya mencari kehendak Tuhan dengan tulus, bukan sekadar mencari validasi dari rencana kita sendiri. Ini menantang kita untuk mempertimbangkan apakah kita benar-benar terbuka terhadap petunjuk Tuhan, bahkan ketika itu mungkin tidak sejalan dengan ambisi pribadi kita. Kisah ini mendorong para percaya untuk mempercayai kebijaksanaan dan waktu Tuhan, menyadari bahwa keberhasilan sejati datang dari menyelaraskan tindakan kita dengan kehendak-Nya. Cerita ini mengundang refleksi tentang bagaimana kita mencari dan merespons petunjuk ilahi dalam hidup kita sendiri.