Orang Filistin, yang menderita akibat wabah setelah menangkap Tabut Perjanjian, berusaha mengembalikannya kepada orang Israel. Mereka disarankan untuk menggunakan sebuah kereta baru dan dua ekor sapi betina yang baru melahirkan tetapi belum pernah dipasangkan. Pemilihan sapi yang baru melahirkan dan memisahkan mereka dari anak-anaknya sangat signifikan. Biasanya, sapi-sapi ini akan menolak untuk meninggalkan anak-anaknya, sehingga tidak mungkin mereka akan menuju Israel dengan sendirinya. Pengaturan ini berfungsi sebagai ujian untuk menentukan apakah Tuhan Israel benar-benar ada di balik kesulitan mereka. Jika sapi-sapi tersebut, melawan naluri alami mereka, langsung menuju ke Israel, itu akan mengkonfirmasi intervensi ilahi. Tindakan mengembalikan Tabut ini adalah pengakuan akan kuasa Tuhan dan upaya untuk meredakan-Nya. Ayat ini menekankan pentingnya mengenali otoritas ilahi dan kesediaan untuk bertindak sesuai dengan kehendak ilahi, bahkan ketika itu menantang ekspektasi alami. Ini juga menggambarkan rasa hormat orang Filistin terhadap Tuhan Israel, meskipun mereka awalnya menentang-Nya.
Dengan cara ini, mereka menunjukkan bahwa meskipun mereka bukan bagian dari umat pilihan, mereka tetap ingin memahami dan menghormati kekuatan yang lebih tinggi yang mungkin mempengaruhi kehidupan mereka.