Dalam bagian ini, Rasul Paulus membahas masalah individu-individu yang telah menyimpang dari kebenaran akibat pikiran mereka yang rusak. Mereka menciptakan gesekan dan perselisihan yang konstan karena telah kehilangan pandangan terhadap nilai-nilai spiritual yang sejati. Mereka keliru percaya bahwa ibadah adalah sarana untuk mencapai keuntungan finansial, yang merupakan distorsi dari ajaran Kristen yang sebenarnya. Pola pikir ini tidak hanya merusak pemahaman mereka tentang iman tetapi juga mengarah pada kemerosotan moral dan etika.
Pesan Paulus adalah peringatan untuk tidak membiarkan materialisme menyusup ke dalam kehidupan spiritual seseorang. Ini mengingatkan kita bahwa pencarian kekayaan tidak boleh disamakan dengan pertumbuhan spiritual atau ibadah. Iman yang sejati ditandai oleh kepuasan, kerendahan hati, dan keinginan tulus untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan didorong oleh pencarian kekayaan. Ajaran ini mendorong para percaya untuk memeriksa motif mereka dan memastikan bahwa iman mereka berlandaskan pada pengabdian yang tulus, bukan digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu.