Dalam bagian ini, seorang pemuda menceritakan momen terakhir kehidupan Raja Saul. Saul, yang dulunya seorang penguasa yang perkasa, ditemukan dalam keadaan putus asa di Gunung Gilboa, bersandar pada tombaknya saat musuh semakin mendekat. Gambaran ini sangat menyentuh, menunjukkan kerentanan bahkan dari pemimpin terhebat sekalipun. Kereta dan pengemudi yang mengejar melambangkan tekanan dan kesulitan yang tak henti-hentinya yang dapat menghimpit seseorang. Keadaan Saul adalah puncak dari pemerintahannya, yang ditandai oleh keberhasilan dan kegagalan, dan ini menekankan tema alkitabiah bahwa kekuasaan duniawi itu sementara.
Cerita ini mengajak pembaca untuk merenungkan sifat kepemimpinan dan dampak dari keputusan seseorang. Ketergantungan Saul pada tombaknya, yang menjadi simbol kekuatannya sendiri, bertentangan dengan ideal alkitabiah untuk bergantung pada Tuhan. Momen ini berfungsi sebagai peringatan tentang bahaya kesombongan dan ketergantungan pada diri sendiri. Ini mendorong para percaya untuk mencari bimbingan ilahi dan tetap rendah hati, menyadari bahwa kekuatan sejati berasal dari iman. Bagian ini juga membangkitkan empati terhadap Saul, mengingatkan kita akan kemanusiaan dan perjuangan yang melekat dalam setiap kehidupan, terlepas dari statusnya.