Dalam momen krisis ini, Raja Daud terpaksa meninggalkan Yerusalem akibat pemberontakan yang dipimpin oleh putranya, Absalom. Sebagai seorang pemimpin, Daud harus membuat keputusan cepat dan strategis untuk melindungi keluarganya dan para pengikutnya. Dengan membawa keluarganya bersamanya, Daud memastikan keselamatan mereka, menunjukkan kepedulian dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Namun, ia meninggalkan sepuluh gundik untuk mengurus istana, yang menunjukkan kepercayaannya kepada mereka untuk mengelola urusan selama ketidakhadirannya. Keputusan ini juga menyoroti pilihan sulit yang harus diambil pemimpin, menyeimbangkan tanggung jawab pribadi dan publik.
Keberangkatan Daud dari Yerusalem bukan hanya sekadar perpindahan fisik tetapi juga tindakan simbolis dari kerendahan hati dan ketergantungan pada bimbingan Tuhan di masa-masa sulit. Kehadiran gundik-gundik di istana mengingatkan kita akan tugas dan tanggung jawab yang harus tetap dijalankan, bahkan di saat-saat kekacauan. Bacaan ini mengajak kita untuk merenungkan sifat kepemimpinan, beratnya tanggung jawab, dan kepercayaan yang diberikan kepada orang lain untuk menjalankan tugas kita. Ini mendorong kita untuk mempertimbangkan bagaimana kita mengelola tanggung jawab kita sendiri dan pentingnya mempercayai orang lain untuk membantu memikul beban saat diperlukan.