Penaklukan Yerusalem oleh Daud menandai momen penting dalam pemerintahannya. Orang Jebus, yang percaya diri dengan pertahanan kota mereka, mengejek Daud dengan mengatakan bahwa bahkan 'yang pincang dan buta' pun dapat menangkis pasukannya. Sebagai tanggapan, Daud merancang rencana cerdas untuk menyusup ke kota melalui saluran airnya, menunjukkan kecerdasan strategisnya. Pendekatan ini tidak hanya mengarah pada penangkapan Yerusalem tetapi juga menjadikannya pusat politik dan spiritual Israel.
Ungkapan 'yang buta dan pincang' menjadi referensi simbolis bagi kepercayaan diri yang salah dari orang Jebus dan kekalahan mereka yang menyusul. Ini menekankan tema mengatasi rintangan dan kekuatan iman serta kecerdikan dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan Daud ditandai oleh kemampuannya untuk menginspirasi pasukannya dan mengubah tantangan menjadi peluang untuk meraih kemenangan. Ungkapan tentang 'yang buta dan pincang' tidak boleh masuk ke istana menjadi pengingat akan kemenangan atas kesulitan dan pembentukan era baru di bawah pemerintahan Daud.