Dalam bagian ini, fokusnya adalah pada ketidakberdayaan patung-patung yang dibuat oleh tangan manusia dan tidak memiliki kekuatan ilahi. Patung-patung ini, meskipun diangkut dan ditempatkan dengan hati-hati oleh para penyembahnya, tetap statis dan tidak bernyawa. Mereka tidak mampu merespons seruan dari orang-orang yang menyembah mereka, menggambarkan ketidakmampuan mereka untuk memberikan bantuan atau keselamatan yang nyata. Ini menjadi pengingat yang kuat tentang kebodohan menyembah patung dan pentingnya berpaling kepada Tuhan yang hidup, yang responsif dan mampu campur tangan dalam kehidupan para percaya.
Gambaran tentang mengangkut dan menempatkan patung-patung menekankan ketergantungan mereka pada tindakan manusia, semakin menekankan kurangnya kekuatan yang melekat pada mereka. Ini sangat kontras dengan sifat Tuhan, yang hadir di mana-mana dan mahakuasa, tidak terikat pada satu lokasi atau bergantung pada intervensi manusia. Bagian ini mendorong para percaya untuk menempatkan kepercayaan mereka pada Tuhan, yang tidak hanya mampu mendengar seruan mereka tetapi juga memiliki kekuatan untuk menyelamatkan dan membebaskan mereka dari kesulitan. Ini menyerukan pergeseran dari ketergantungan pada objek yang tidak bernyawa ke iman pada dewa yang dinamis dan hidup.