Pada masa pemerintahan Raja Belshazzar di Babel, Daniel, seorang nabi yang dihormati, mengalami mimpi yang mendalam. Ini bukan sekadar mimpi biasa, tetapi serangkaian penglihatan yang memenuhi pikirannya saat ia berbaring di tempat tidur. Tindakan menuliskan substansi mimpinya menyoroti pentingnya dan keseriusan yang dihadapi Daniel terhadap pesan ilahi ini. Dalam tradisi Alkitab, mimpi dan penglihatan sering dianggap sebagai saluran komunikasi Tuhan dengan umat manusia, memberikan wawasan, peringatan, atau wahyu tentang peristiwa di masa depan. Dokumentasi yang teliti oleh Daniel menunjukkan bahwa ia memahami beratnya pesan yang diterimanya dan potensi implikasinya untuk masa depan.
Konteks mimpi ini sangat signifikan karena terjadi pada periode yang penuh gejolak dalam sejarah Babel. Penglihatan Daniel sering kali mengandung citra simbolis yang memerlukan interpretasi, mencerminkan kompleksitas komunikasi ilahi. Perannya sebagai nabi adalah menyampaikan pesan-pesan ini kepada orang lain, memberikan panduan dan pemahaman. Bagian ini menekankan pentingnya untuk peka terhadap wahyu ilahi dan tanggung jawab untuk membagikan wawasan tersebut kepada orang lain. Pengalaman Daniel mengingatkan kita akan cara-cara Tuhan dapat berbicara kepada kita, bahkan di saat ketidakpastian.