Dalam tradisi Israel kuno, roti sajian atau roti persembahan adalah elemen penting dalam ibadah di dalam tabernakel. Roti ini terdiri dari dua belas roti, yang mewakili dua belas suku Israel, dan diletakkan di atas meja khusus di tempat yang kudus. Kehadiran roti yang terus-menerus melambangkan penyediaan Tuhan yang abadi dan kehadiran-Nya di tengah umat-Nya. Ini berfungsi sebagai pengingat nyata bahwa Tuhan adalah sumber segala sustansi, baik fisik maupun spiritual.
Tindakan menempatkan roti di hadapan Tuhan setiap saat adalah cara bagi bangsa Israel untuk mengekspresikan ketergantungan mereka kepada-Nya dan rasa syukur atas berkat-berkat-Nya. Ini memperkuat hubungan perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya, menyoroti tema kesetiaan dan perhatian ilahi. Bagi para percaya modern, praktik ini dapat menginspirasi kepercayaan yang lebih dalam terhadap penyediaan Tuhan dan pengakuan akan kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Ini mendorong disiplin spiritual rasa syukur dan ketergantungan kepada Tuhan, mengingatkan kita bahwa Dia selalu bersama kita, menyediakan kebutuhan kita dan membimbing kita melalui perjalanan hidup.