Setelah air bah yang besar, tindakan pertama Noa saat meninggalkan bahtera adalah membangun mezbah untuk Tuhan. Tindakan ibadah ini merupakan ungkapan rasa syukur dan hormat yang mendalam. Dengan mempersembahkan korban dari hewan dan burung yang bersih, Noa mengakui belas kasihan dan perlindungan Tuhan selama banjir. Momen ini menandakan awal baru bagi umat manusia, karena Noa dan keluarganya adalah satu-satunya yang selamat yang ditugaskan untuk mengisi kembali bumi. Mezbah tersebut merupakan tempat persekutuan dengan Tuhan, di mana Noa dapat mengekspresikan pengabdian dan rasa syukurnya.
Penggunaan hewan bersih untuk korban menunjukkan pemahaman tentang kesucian dan kekudusan, konsep yang nantinya akan menjadi pusat dalam Hukum Musa. Tindakan Noa menunjukkan pentingnya memprioritaskan komitmen spiritual dan mengakui kedaulatan Tuhan dalam segala keadaan. Peristiwa ini menetapkan pola ibadah dan pengorbanan yang akan diikuti oleh generasi mendatang, menekankan perlunya hati yang penuh syukur dan kehidupan yang selaras dengan tujuan Tuhan.