Kembalinya Jefta ke Mizpa ditandai dengan pertemuan yang menyentuh dengan putrinya, yang merupakan satu-satunya anaknya. Tarian gembira yang dibawakannya dengan gambus menandakan perayaan kemenangan ayahnya, namun juga meramalkan pemenuhan tragis dari nazar Jefta. Bagian ini menekankan pentingnya anak-anak dalam konteks budaya dan keluarga pada zaman Alkitab, terutama anak tunggal yang melambangkan kelanjutan garis keturunan dan warisan keluarga. Nazar Jefta, yang diucapkan dalam keadaan putus asa sebelum pertempuran, menjadi sumber konflik pribadi yang mendalam saat ia harus mendamaikan janjinya kepada Tuhan dengan kasihnya kepada putrinya.
Narasi ini mengajak kita untuk merenungkan sifat nazar dan pentingnya mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin timbul. Ini juga menyoroti tema pengorbanan, kewajiban, dan kompleksitas emosi manusia. Kisah Jefta berfungsi sebagai pelajaran berharga tentang membuat janji yang terburu-buru dan persimpangan yang kadang menyakitkan antara iman dan kehidupan pribadi. Oleh karena itu, ayat ini bukan hanya catatan sejarah, tetapi pengingat abadi tentang pentingnya pengambilan keputusan yang bijaksana dan dampak komitmen kita terhadap orang-orang yang kita cintai.