Selama Perayaan Pondok Daun, atau Sukkot, orang Israel diperintahkan untuk tinggal di dalam kemah sementara selama tujuh hari. Praktik ini menjadi pengingat nyata akan perjalanan nenek moyang mereka di padang gurun setelah dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Dengan tinggal di rumah-rumah sementara ini, orang Israel dapat merenungkan sifat sementara dari kehidupan dan kehadiran Tuhan yang selalu ada sebagai penyedia dan pelindung mereka. Festival ini mendorong mereka untuk mengingat kesulitan yang dihadapi oleh nenek moyang mereka dan bimbingan ilahi yang membawa mereka ke Tanah Perjanjian.
Tindakan tinggal di dalam kemah sementara juga melambangkan ketergantungan pada penyediaan Tuhan dan pentingnya komunitas serta keluarga. Ini menumbuhkan semangat syukur dan kerendahan hati, mengingatkan umat akan berkat yang mereka terima setiap hari. Bagi umat Kristen saat ini, praktik ini dapat berfungsi sebagai metafora untuk perjalanan iman, menekankan perlunya mempercayai pemeliharaan dan bimbingan Tuhan, bahkan ketika hidup terasa tidak pasti atau menantang. Ini juga menyoroti pentingnya mengingat dan menghormati masa lalu sambil memandang ke depan dengan harapan dan iman.