Dalam momen ini, para murid menyaksikan seorang wanita mengurapi Yesus dengan minyak wangi yang mahal, dan mereka mengungkapkan keprihatinan atas apa yang mereka anggap sebagai pemborosan. Reaksi mereka berakar pada pola pikir praktis, menghargai potensi untuk menjual minyak wangi itu dan menggunakan hasilnya untuk membantu orang miskin. Ini mencerminkan praktik umum pada masa itu, di mana amal merupakan aspek penting dalam kehidupan beragama. Namun, Yesus melihat lebih jauh dari sekadar praktik langsung dan mengenali tindakan wanita itu sebagai ungkapan pengabdian yang mendalam dan persiapan untuk kematian dan penguburan-Nya yang akan datang.
Skenario ini mengajarkan kita tentang pentingnya melihat makna spiritual dalam tindakan cinta dan ibadah. Meskipun membantu orang miskin jelas penting, Yesus mengakui bahwa tindakan wanita itu memiliki tujuan yang unik dan tepat waktu. Ini mengingatkan kita bahwa ungkapan cinta dan pengabdian kita kepada Tuhan dapat mengambil banyak bentuk, dan kadang-kadang, mereka melampaui kebijaksanaan atau praktik konvensional. Bacaan ini mengundang para percaya untuk mempertimbangkan niat yang lebih dalam dan implikasi spiritual dari tindakan mereka, menekankan bahwa pengabdian yang tulus kepada Tuhan sangat berharga.