Dalam ayat ini, Sanballat, seorang pemimpin yang menentang upaya pembangunan di Yerusalem, secara terbuka mengejek orang-orang Yahudi di depan rekan-rekannya dan tentara Samaria. Pertanyaannya penuh dengan sarkasme dan keraguan, bertujuan untuk merendahkan usaha orang-orang Yahudi dalam membangun kembali tembok kota. Sanballat mempertanyakan kekuatan mereka, kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut, bahkan kemungkinan untuk menghidupkan kembali batu-batu yang terbakar untuk membangun tembok. Momen ejekan ini sangat signifikan karena mencerminkan tekanan dan discouragement eksternal yang sering menyertai usaha besar, terutama yang bermotivasi spiritual.
Ayat ini adalah pengingat yang kuat tentang tantangan yang dihadapi oleh mereka yang mengejar pemulihan dan pembaruan, baik dalam arti fisik, spiritual, maupun komunitas. Ini menekankan pentingnya ketekunan dan iman di tengah oposisi. Keteguhan orang-orang Yahudi untuk terus melanjutkan meskipun diejek menjadi inspirasi bagi para percaya saat ini, mendorong mereka untuk mempercayai penyediaan dan kekuatan Tuhan saat menghadapi tantangan mereka sendiri. Ini mengajarkan bahwa meskipun suara eksternal mungkin meragukan dan mengkritik, iman dan komitmen dapat membawa kepada keberhasilan dan pemenuhan tujuan ilahi.