Selama perjalanan mereka di padang gurun, bangsa Israel dipelihara oleh manna, makanan ajaib yang diberikan oleh Tuhan. Ayat ini menjelaskan bagaimana mereka mengumpulkan dan menyiapkan manna, menyoroti rutinitas harian mereka dalam mengumpulkan, menggiling, dan memasaknya. Proses menggiling dengan tangan atau memukul dalam lesung menunjukkan usaha dan kecerdikan mereka dalam memanfaatkan penyediaan Tuhan. Memasaknya dalam panci atau memanggangnya menjadi roti menunjukkan betapa serbagunanya manna sebagai makanan pokok. Deskripsi rasanya yang mirip dengan sesuatu yang dibuat dengan minyak zaitun menunjukkan bahwa makanan ini tidak hanya bergizi tetapi juga menyenangkan.
Penyediaan ilahi ini menegaskan kesetiaan dan perhatian Tuhan terhadap umat-Nya, memenuhi kebutuhan mereka di tanah yang tandus. Ini menjadi pengingat akan pentingnya bergantung pada penyediaan Tuhan dan bersyukur atas sustansi yang Dia berikan. Pengalaman manna juga melambangkan makanan rohani yang ditawarkan Tuhan melalui firman dan kehadiran-Nya, mendorong para percaya untuk mempercayai perawatan dan penyediaan-Nya yang terus-menerus dalam kehidupan mereka.