Dalam ayat ini, nabi Zefanya menggambarkan dengan jelas kepemimpinan di Yerusalem. Para pejabat dan penguasa dibandingkan dengan singa yang mengaum dan serigala di malam hari, menekankan sifat agresif dan merusak mereka. Singa dikenal karena kekuatan dan dominasinya, sementara serigala, terutama di malam hari, diasosiasikan dengan kecerdikan dan pengejaran yang tak henti-hentinya. Gambaran ini menunjukkan bahwa para pemimpin tidak hanya gagal dalam tugas mereka, tetapi juga secara aktif merugikan rakyat mereka, menghabiskan sumber daya dan tidak menyisakan apapun untuk masa depan.
Penggambaran ini berfungsi sebagai kritik terhadap kemerosotan moral dan etika dalam kepemimpinan. Ini menyoroti konsekuensi dari korupsi dan keserakahan, di mana mereka yang berkuasa lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kesejahteraan komunitas. Ayat ini mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kualitas kepemimpinan yang baik, yang seharusnya dicirikan oleh keadilan, kasih sayang, dan komitmen terhadap kebaikan bersama. Ini juga menjadi pengingat akan tanggung jawab para pemimpin untuk merawat dan mengangkat rakyat mereka, bukan mengeksploitasi mereka untuk keuntungan pribadi.