Penulis kitab Pengkhotbah, yang secara tradisional diyakini adalah Raja Salomo, membagikan wawasan mendalam tentang sifat usaha manusia. Setelah mencapai kekayaan, kebijaksanaan, dan kekuasaan yang besar, ia merenungkan nilai sejati dari pencapaian tersebut. Meskipun memiliki banyak pencapaian, ia menyimpulkan bahwa semua itu adalah "sia-sia" dan seperti "mengejar angin." Metafora ini menyoroti sifat sementara dan sulitnya pencarian duniawi, menunjukkan bahwa pencapaian tersebut tidak dapat memberikan kepuasan atau tujuan yang abadi.
Ungkapan "tidak ada yang diperoleh di bawah matahari" menekankan ide bahwa pencapaian duniawi, ketika dilihat dari perspektif manusia semata, tidak memiliki makna kekal. Renungan ini mengundang pembaca untuk melihat melampaui kesuksesan sementara dan mencari keberadaan yang lebih dalam dan bermakna yang berlandaskan pada kebenaran spiritual. Ini mendorong pergeseran fokus dari kekayaan dan pencapaian materi menuju pencarian pertumbuhan spiritual dan penyelarasan dengan tujuan kekal Tuhan. Dengan cara ini, individu dapat menemukan kepuasan dan tujuan sejati yang melampaui sifat sementara dari pencarian duniawi.