Dalam bagian ini, Paulus berbicara kepada gereja Filipi, menekankan esensi dari identitas spiritual yang sejati. Ia membandingkan tindakan fisik sunat, yang merupakan ritual penting dalam tradisi Yahudi, dengan realitas spiritual menjadi 'umat yang disunat'—mereka yang benar-benar dipisahkan untuk Allah. Perbedaan ini sangat penting karena menekankan bahwa iman yang tulus bukanlah tentang ritual eksternal, tetapi tentang transformasi batin dan pengabdian kepada Allah.
Paulus menunjukkan bahwa melayani Allah melalui Roh-Nya adalah ciri khas dari para percaya yang sejati. Pelayanan ini bukan berdasarkan usaha manusia atau kepatuhan pada hukum, tetapi merupakan hasil dari pekerjaan Roh Kudus di dalam diri kita. Dengan bermegah dalam Kristus Yesus, para percaya mengakui bahwa keselamatan dan kebenaran mereka berasal dari-Nya semata, bukan dari perbuatan atau prestasi mereka sendiri. Paulus memperingatkan agar tidak menaruh kepercayaan pada hal-hal lahiriah, yang mewakili usaha dan pencapaian manusia. Sebaliknya, ia mendorong ketergantungan pada hubungan spiritual dengan Kristus, yang melampaui pencapaian fisik atau duniawi.
Pesan ini mengingatkan kita untuk fokus pada aspek spiritual dari iman, mengutamakan hubungan yang tulus dengan Allah daripada sekadar pengamatan eksternal. Ini mengajak para percaya untuk menjalani hidup yang dipimpin oleh Roh, menemukan sukacita dan keyakinan dalam identitas mereka di dalam Kristus.